|
 BUKU : MENYIBAK TABIR PEREMPUAN BERPOLITIK Pemaparan Oleh Maria Hartiningsih

Maria Hartiningsih memulai pemaparannya dengan mohon maaf, karena beliau juga ikut menyumbangkan mengapa Buku Menyibak Tabir Perempuan Berpolitik terlambat untuk diterbitkan. Meski terlambat sebenarnya momentum (waktu)nya tepat, karena Undang-Undang Partai Politik dan Pemilu sudah disahkan. Walaupun ada UU Pemilu yang baru, beliau mengingatkan, bahwa perempuan masih mengalami hambatan.
Buku ini sebenarnya merupakan titik balik dari perempuan. Perlu ada kesadaran bahwa politik perempuan itu personal dan yang personal itulah yang diperjuangkan di lingkungan publik. Tapi kita juga bisa melihat bahwa perempuan yang sudah terlibat dalam pengambilan keputusan atau menjadi dewan banyak yang lupa dengan perempuan. Dia merasa lebih pintar, tidak mau mendengarkan. Padahal Potensi perempuan itu sebenarnya mendengarkan. Selain itu, Maria Hartinigsih juga mengingatklan bahwa solidaritas antar perempuan tidak bisa diandalkan dan ketika perempuan harus berteman, perempuan harus pandai memilih teman. Berteman dengan perempuan mana, karena perempuan selalu terkena sindrom ratu lebah (quen bee syndrom).
Politik perempuan adalah berbagi, mendengarkan, dan berjaringan yang menyatukan. Karena berbagi dan mendengarkan adalah potensi perempuan. Mendengarkan adalah pendukung utama ketika perempuan menajdi anggota dewan. Dalam berjejaring ini termasuk dengan laki-laki. Dan laki-laki yang berkualitas adalah yang tidak menutupi jalan perempuan untuk berpolitik.
Dalam pemaparannya Maria Hartiningsih, juga mengingatkan kepada legislatif perempuan agar bisa menyeimbangkan antara politik partai dengan ideologi perempuan. Selain itu, perempuan tetap perlu membangun solidaritas. Mengingat solidaritas yang mengakar adalah solidaritas yang dibangun dari bawah. | |